Kebaktian DNA, 29 September 2012 oleh Andy Otniel
Banyak perdebatan yang membahas tentang mungkin atau tidak
hidup kudus. Pada kesempatan kali ini kak Andy menegaskan bahwa hidup kudus itu
mungkin, hanya saja mau apa tidak, karena memang berat.
Namun demikian ada beberapa pertanyaan logika yang dapat
membantu kita termotivasi untuk hidup kudus.
Roh tidak akan hancur, lalu kemana perginya? Jadi lebih
penting menjaga kebersihan tubuh yang sementara, atau roh yang kekal?
Roti yang kamu temukan di pinggir jalan, dan roti yang
dimasak fresh di hotel, mana yang akan kamu makan? Tentu yang kedua karena
lebih bersih.
Lebih memilih tinggal di Zimbabwe atau Sydney? Tentunya
Sydney karena lebih tentram dan bersih.
Kalau saya membuat nasi goreng dengan 10 telur, namun satu
telurnya busuk, maukah kamu makan? Tentu tidak karena semuanya menjadi bau
karena 1 telur yang busuk.
Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan diatas, jawabannya
selalu berujung pada “kebersihan total” karena sedikit satu noda bisa membuat
semuanya menjadi tidak bersih.
Bagaimana caranya hidup kudus yang sangat susah ini?
Masalahnya kita seringkali tidak membaca ‘buku panduan’ –
sama halnya seperti habis membeli gadget baru tapi tidak dibaca semua
panduannya, karena merasa sudah bisa menggunakan padahal banyak petunjuk yang
akan berguna dalam penerapannya.
Hal kedua yang harus diperhatikan adalah betapa sempurnanya
kita sebagai manusia. Kalau kita berpandangan bahwa hidup kita buruk, itu sama
saja berkata bahwa “Tuhan, kau gagal menciptakan saya”.
Lucifer saja SIRIK dengan manusia karena manusia
terlalu sempurna (diciptakan Tuhan padahal sudah ada malaikat, dibuatkan taman
khusus), jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri anugerah Tuhan
untuk hidup.
Pertanyaan yang seringkali memenuhi kepala kita : mengapa manusia
tidak diciptakan kudus dari awal? Kenapa pohon pengetahuan tidak dipagari saja?
Kenapa ular tidak dikurung?
-
Karena
manusia diberi free will dan bukan sebuah robot
-
Lalu
kenapa manusia diberi free will? Karena Tuhan mau melihat siapa yang
sungguh-sungguh mau kembali padanya
setelah diberi kebebasan
Kemanapun kita pergi di dunia ini, pasti ada si iblis (ingat
kisah Ayub)
Tuhan sudah menetapkan dari awal bahwa kesucian membawa
kebahagiaan tapi pikiran ini diputarbalikkan iblis. Seringkali kita berpikir :
“Sebenarnya Tuhan menghendaki kita hidup suci atau bahagia? Hidup suci kan
tidak bahagia? Berarti Tuhan tidak baik donk?”
Sesungguhnya hidup tidak suci memang bahagia, tapi
bahagianya semu karena hanya di dunia dan sifatnya sementara, sebaliknya untuk
hidup suci tidak bahagia di dunia, tapi pada endingnya akan bahagia selamanya.
Untuk bisa hidup berkenan pada Tuhan, baca Roma 12:2, ingat
bahwa Alkitab merupakan buku panduan hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar